Social Icons

Selasa, 19 Mei 2015

BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAMI


A.    KONSEPSI DAN URGENSI
            Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.
Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.
Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.
Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi actual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.
Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bias saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu—baik disadari ataupun tidak.
Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk perubahan tersebut.
Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden adalah
“Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik” Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi berkembangnya
(1)    penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif;
(2)    pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral;
(3)   kebiasaan membaca;
(4)   penambahan ilmu dan wawasan;
(5)   kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat;
(6)   penulisan artikel, makalah, buku;
(7)   diskusi ilmiah;
(8)   proses belajar-mengajar, dan
(9)   manajemen perguruan tinggi yang baik
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
•           suatu aturan umum atau cara hidup
•           suatu tatanan aturan perilaku.
•           Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di
akhirat kelak, apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.
Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan  enaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al Mu’minun : 1 – 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanya.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :
’Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya …
’ Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :
‘ Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar …
’ Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan
itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu, yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah)
itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah, ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.




B.     LANDASAN DAN TUJUAN
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
•           Pendorang timbulnya perbuatan.
•           Penggairah dalam aktivitas.
•           Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ.
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash: 77)
Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya . Beberapa Surat Yang Mengarah dalam Etos Kerja dalam Islam di antaranya :
(Q.S. Al-Baqarah: 148)
(Q.S. Al-Isra’: 7)
(Q.S. Al-Ashr: 1-3)
(Q.S. Al-Qashash: 77)
(Q.S. Al-Najm::{53}:39)
(Q.S. Ar-Ra’d{13}: 11)
(Q.S Al Mu’minun : 1 – 11)
(Q.S. At-Tabah,9 : 105)
(Q.S. Al An’am (6):135
•Al Quran dan terjemahnya
•Akhlak Nabi Muhammad SAW (Keluhuran dan kemuliaannya), Ahmad  Muhammad Al-Hufy
•Konsep Kerja dalam Islam, Dr. Asyraf Hj Ab Rahman
•[Ar-Royyan-3465] Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW, Agus Rasidi

C.    KARAKTERISTIK BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAM
            Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama mengemukakan tiga belas sikap yang menandai etos kerja tinggi pada seseorang : 1. efisien; 2. rajin; 3. teratur; 4. disiplin/tepat waktu; 5. hemat; 6. jujur dan teliti; 7. rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan; 8. bersedia menerima perubahan; 9. gesit dalam memanfaatkan kesempatan; 10. energik; 11. ketulusan dan percaya diri; 12. mampu bekerjasama; dan 13. mempunyai visi yang jauh ke depan. Menurut Sarsono, Konfusianisme berkenaan dengan orang yang aktif bekerja mempunyai ciri-ciri : (1) etos kerja dan disiplin pribadi; (2) kesadaran terhadap hierarki dan ketaatan; (3) penghargaan pada keahlian; (4) hubungan keluarga yang kuat; (5) hemat dan hidup sederhana; dan (6) kesediaan menyesuaikan diri. Perbandingan orientasi kerja antara orang Cina perantauan dengan orang Amerika sebagai berikut: Cina perantauan memiliki peringkat kerja: (1) kerja keras; (2) belajar; (3) kejujuran; (4) disiplin diri; dan (5) kemandirian. Sedangkan nilai kerja orang Amerika adalah: (1) kemandirian; (2) kerja keras; (3) prestasi; (4) kerjasama; dan (5) kejujuran.
Bangsa Jepang di kawasan Asia khususnya, relatif dikenal mempunyai keunggulan dalam hal etos kerja. Etos kerja mereka ditandai ciri-ciri: 1. suka bekerja keras; 2. terampil dan ahli dibidangnya; 3. disiplin dalam bekerja; 4. tekun, cermat dan teliti; 5. memegang teguh kepercayaan dan jujur; 6. penuh tanggung jawab; 7. mengutamakan kerja kelompok, 8. menghargai dan menghormati senioritas; dan 9. mempunyai semangat patriotisme tinggi. Mokodompit juga mengutip pendapat Paul Charlap. Yakni, agar seseorang sukses dalam bekerja harus didukung oleh etos kerja yang indikasi-indikasinya: 1. bekerja keras, 2. bekerja dengan arif bijaksana, 3. antusias, sangat bergairah dalam bekerja, dan 4. bersedia memberikan pelayanan. Majalah For¬tune di Amerika Serikat menyebutkan enam persyaratan untuk memperoleh kesuksesan kerja sebagai eksekutif:
1.Mempunyai prakarsa, bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan tugas kepemimpinan yang dipercayakan;
2.Mempunyai pengetahuan dan keterampilan kerja di bidangnya secara memadai;
3.Dapat dipercaya dan berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh-sungguh;
4.Mempunyai kecakapan dalam berhubungan dengan orang lain;
5.Tidak mudah menyerah; dan
6.Mempunyai kualitas pribadi dan kebiasaan kerja yang baik.
Idealisasi kualitas manusia Indonesia sesuai dengan dinamika budaya bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, I, terwujud dalam sikap perilaku, ungkapan bahasa dalam komunikasi sosial, berbudi pekerti luhur, jujur, adil, dapat 1, dipercaya; 2. berkepribadian, tangguh, dan mandiri; 3. bekerja keras; 4. berdisiplin; 5. bertanggung jawab; 6. cerdas, arif¬ bijaksana; 7. terampil dalam bekerja; 8. sehat jasmani dan rohani; dan 9. mempunyai kesadaran patriotisme tinggi.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, Indikasi-indikasi etos kerja secara universal kiranya cukup menggambarkan etos kerja yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai etos kerja yang diaktualisasikan dalam aktivitas kerja. Dan sehat jasmani serta mental juga menjadi hal penting pada orang yang bersangkutan yang memiliki modal kepribadian yang mendukung etos kerja tinggi.

Etos Kerja Islami (Telaah Psikologi)
Bahwasannya kepribadian terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik. Kehidapan manusia kalau diibaratkan sebagai perjalanan, jasmani memang laksana kendaraan. Perjalanan bisa sangat terganggu bila kendaraan tidak normal dan sering rusak. Kesehatan jasmani adalah perpaduan yang serasi antara bermacam-macam fungsi jasmani, disertai kemampuan menghadapi kesukaran-kesukaran biasa yang dijumpai dalam lingkungan, di samping secara positif merasa gesit, kuat, dan bersemangat. Sedangkan kesehatan mental ialah perpaduan atau integrasi yang serasi antara fungsi-fungsi jiwa ringan yang biasa terjadi pada manusia umumnya, di samping secara positif dapat menikmati kebahagiaan dan menyadari kemampuan.
Dari sejumlah pendapat dan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, indikasi-indikasi orang beretos kerja tinggi pada umumnya meliputi sifat-sifat:
1.Aktif dan suka bekerja keras;
2.Bersemangat dan hemat;
3.Tekun dan profesional;
4.Efisien dan kreatif;
5.Jujur, disiplin, dan bertanggung jawab;
6.Mandiri;
7.Rasional serta mempunyai visi yang jauh ke depan;
8.Percaya diri namun mampu bekerjasama dengan orang lain;
9.Sederhana, tabah dan ulet;
10.Sehat Jasmani dan rohani;

D.    PRINSIP BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAMI
•Orientasi kemasa depan. Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih bahagia daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok.
•Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu. Kerja santai, tanpa rencana, malas, pemborosan tenaga, dan waktu adalah bertentangan dengan nilai Islam, Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk meningkatkan keimanan, beramal sholeh (membangun) dan membina komunikasi sosial, firman Allah:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)
•Bertanggung jawab.
Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا.
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra’: 7)
•Hemat dan sederhana. Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya. Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
•Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena dia lebih baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit. Dari pada ia bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu sama dengan orang yang bertindak nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya: “The best fortune that can come to a man, is that he corrects his defects and makes up his failings” (Keberuntungan yang baik akan datang kepada seseorang ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari kegagalannya) Percayalah .

E.     ACTIVE SEMANGAT BUDAYA KERJA UNS
a. Pengertian
            Budaya kerja Active adalah norma, nilai, dan panduan, bagi setiap insan kampus di UNS untuk bersama-sama melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing untuk mencapai visi dan misi UNS ke depan. Active merupakan akronim dari Achievement Orientation, Customer Satisfaction, Teamwork,Integrity, Visionary, Entrepreneurship.
b. Visi :
            Budaya kerja UNS Active adalah menjadi panduan sikap dan perilaku insan kampus di UNS dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
c. Misi
            Mewujudkan perubahan cara berpikir (mindset) insan kampus menuju sikap dan perilaku professional.
NILAI BUDAYA KERJA
DEFINISI
ASPEK
ACHIEVEMENTORIENTATION( Orientasi berprestasi )
Kemampuan untuk bekerja dgn baik dan melampaui standar prestasi yang ditetapkan,  berorientasi pada hasil dan terus menerus melakukan upaya untuk meraih keunggulan.
  • Unggul
  • Orientasi pada
  • hasil
  • Kesempurnaan
  • Standar prestasi
  • Inisiatif
  • Organisasi
  • pembelajaran ,
  • Ahli di bidangnya
  • ( expert )
CUSTOMERSATISFACTION( Kepuasan Pengguna Jasa )
Kemampuan untuk membantu atau melayani orang lain atau memenuhikebutuhan pengguna jasa baik intern maupun ekstern.
  • Cepat, tanggap
  • Fokus pada kebutuhan
  • pengguna jasa
  • Empati
  • Active
  • Listener
  • Interaksi
  • Terbuka
  • Proaktif
TEAMWORK(Kerjasama)
Kemampuan bekerja bersama dengan orang lain, baik dalam tim besar maupun tim kecil dalam ruang lingkup institusi.
  • Partisipasi
  • Kontribusi
  • Kooperatif
  • Fokus pada
  • kinerja tim
  • Toleransi
INTEGRITY (Intergritas)
Mengkomunikasikan maksud, ide, dan perasaan secara terbuka danlangsung, dan dapat menerima keterbukaan darr kejujuran, sekalipun dalam negosiasi yang sulitdengan pihak lain. Satunya kata dengan perbuatan.
  • Dapat dipercaya
  • Jujur
  • Beftanggungjawab
  • Handal
  • Konsisten
  • Disiplin
  • Komitmen
VISIONARY(Visioner)
Kemampuan menetapkan sasaran baru ketika target yang ditetapkan telah tercapai dan orientasi jangka panjang. Kemampuan menyesuaikanperubahan lingkungan dan mudah menerima perubahan dalam institusi.
  • Continuous improvement (perbaikan terus menerus )
  • Translate new ideas into action
  • Inovasi
  • Reputasi

  • Mengelola perubahan
ENTREPRENEURSHIP
(Bersikap Kewirausahaan)
sumber daya yang ada menjadi suatu produk dan jasa yang mempunyai nilai tambah dan mencari benefit/ keunggulan dari peluang yang belumdigarap orang lain.
  • Kemandirian
  • Kesejahteraan bersama
  • Kreatifitas
  • Nilai tambah
  • Kewirausahaan bidang sosial, pendidikan,  teknologi dan ekonomi.

F.     MEMERANGI NARKOBA DAN KORUPSI
            Indonesia. Negeri dengan kekayaan alam yang berlimpah ,Negeri dengan berbagai ras dan suku yang beragam, Negeri dengan kebudayaan yang sangat unik dan bermacam macam, kebudayaan yang banyak; mulai dari tarian – tarian adat, makanan khas, senjata dan alat musik yang unik, akan tetapi, dengan berjalannya waktu budaya budaya tersebut mulai terlupakan bahkan mulai terkikis dengan berjalannya zaman. Masyarakat Indonesia sendiri terkesan kurang menyukai kebudayaanya, mereka seolah tak perduli dengan budaya-budaya yang ditinggalkan nenek moyangnya, dan yang lebih memprihatinkan adalah begitu banyak budaya Indonesia yang diklaim oleh Negara lain, sepertihalnya reog ponorogo, batik , Tari Pendet dan Tari Piring, Wayang Kulit, dan lain sebagainya,dan saat budaya budaya tersebut diklaim Negara lain maka bangsa ini baru tersadar seakan bangun dari tidurnya,mereka marah dan mecacimaki Negara yang mengambil budaya Indonesia, padahal sebelum hal tersebut terjadi masyarakat Indonesia begitu acuh dengan kebudaayaannya.
            Maka jika kita fikirkan faktor yang menyebabkan bangsa kita mengacuhkan kebudayaannya adalah begitu maraknya kebudayaan barat yang merebak dan mempengaruhi bangsa kita,mulai dari hedonisme, modernisasme, liberalisme yang begitu kontradiktif dengan nilai nilai moral bangsa indonesia ini.
Kebudayaan kebudayaan barat tersebut sangat berpengaruh besar pada kepribadian bangsa kita, jika kita telisik lifestyle generasi muda saat ini cara hidupnya cenderung hedonis,tidak lagi mementingkan nilai – nilai atau norma – norma yang berlaku, alkohol ,kekerasan, narkotika, tindak criminal, korupsi  , tawuran,free seks , bahkan yang mutakhir saat ini adalah penyimpangan seksual “sodomi”,hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa mewarnai bangsa ini.
Mari sejenak kita membuka sejarah Indonesia dimasa lampau, salah seorang Proklamator kemerdekaan Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963 mengungkapkan konsep  Trisakti dengan tiga pilarnya, ”Indonesia yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan ”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”.
Merujuk pada konsep TRISAKTI tersebut,hal yang terpenting dan harus diutamakan adalah “indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”. Indonesia memang mempunyai banyak persoalan bangsa tetapi menurut saya yng paling inti dari persoalan – persoalan tersebut adalah “DEKADENSI MORAL” yang terjadi pada bangsa ini, karena modal utama pembangunan suatu Negara adalah harus mempunyai Sumber daya manusia yang berkarakter positif,budi kerti yang baik,kedisiplinan,kejujuran harus ditanamkan pada mental – mental bangsa ini. Karena jika kita mempunyai SDA yang berkarakter positif maka  kebobrokan kebobrokan yang terjadi dinegara ini akan terselesaiakan. Jika bangsa kita mempunyai Karakter yang positif maka tidak akan ada korupsi,nepotisme ataupun yang lainnya karena karakter yang baik akan melahirkan etos kerja yang baik pula.
Untuk itu, dalam kaitannya dengan tahun politik 2014 ini-besar harapan saya untuk para pemimpin bangsa ini dimasa mendatang harusnya lebih mementingkan pendidikan pembangunan karakter  “character building” untuk bangsa ini, pembentukan karakter ini harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah, supaya bangsa ini tidak hanya cerdas ilmu ilmu pengetahuan tapi juga mempunyai kepribadian atau karakter yang baik , karena jika bangsa ini hanya pintar ilmu – ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, kimia, dan lain sebagainya tanpa pendidikan karakter yang baik maka yang akan terjadi adalah kebobrokan – kebobrokan bangsa ini dari segala lini seperti halnya saat ini.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam acara "Kongres Kemandirian Indonesia” pernah berkata "Dengan mempertahankan budaya bangsa, berarti secara tidak langsung akan memperkuat karakter identitas negara".
Untuk itu persoalan terbesar yang harus diselesaikam para pemimpin bangsa saat ini adalah pembentukan karakter bangsa,karena bangsa yang berkarakter akan mencintai budaya negaranya,dan jika  karakter bangsa telah tertanam kuat, maka negara dapat maju dengan pesat.

Soal !
1)      Jelaskan tentang Budaya Akademik?
2)      Sebutkan beberapa ciri-ciri perkembangan Budaya Akademik?
3)      Apa yang dimaksud dengan Etos Kerja?
4)      Apa Fungsi etos kerja menurut A.Tabrani Rusyan?
5)      Sebutkan dalil-dalil yang mengarah pada Etos Kerja?
6)      Sebutkan Indikasi sifat orang yang ber-Etos Keja tinggi?
7)      Sebutkan Prinsip-prinsip Budaya dan Etos Kerja Islami?
8)      Apa yang dimaksud dengan Budaya Kerja Active?
9)      Jelaskan kepanjangan dari "Active"?

10)  Apa yang harus diubah untuk melawan Korupsi dan Narkoba di Negeri ini?

| LG |

1 komentar:

  1. Do you realize there is a 12 word phrase you can communicate to your partner... that will trigger deep feelings of love and instinctual appeal for you deep within his chest?

    That's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, cherish and guard you with all his heart...

    =====> 12 Words Who Fuel A Man's Desire Instinct

    This impulse is so built-in to a man's brain that it will drive him to work better than before to love and admire you.

    Matter-of-fact, fueling this powerful impulse is absolutely important to achieving the best possible relationship with your man that the instance you send your man a "Secret Signal"...

    ...You'll immediately find him expose his soul and mind to you in a way he never expressed before and he will recognize you as the one and only woman in the universe who has ever truly understood him.

    BalasHapus