A.
KONSEPSI
DAN URGENSI
Islam menempatkan bekerja sebagai
ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya.
Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad
di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam. Dengan demikian
bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia. Bekerja yang
baik adalah wajib sifatnya dalam Islam.
Rasulullah, para
nabi dan para sahabat adalah para profesional yang memiliki keahlian dan
pekerja keras. Mereka selalu menganjurkan dan menteladani orang lain untuk
mengerjakan hal yang sama. Profesi nabi Idris adalah tukang jahit dan nabi Daud
adalah tukang besi pembuat senjata. Jika kita ingin mencontoh mereka maka
yakinkan diri kita juga telah mempunyai profesi dan semangat bekerja keras.
Profesi yang
dikembangkan di lingkungan kita seperti profesi dosen, profesi verifikator
keuangan, profesi ahli hukum, profesi laboran, profesi administratur, profesi
supir, dan lainnya merupakan profesi yang harus kita kerjakan untuk
kemaslahatan masyakat banyak. Satu langkah setelah meyakini memiliki profesi
maka wajib hukumnya kita untuk bekerja keras. InsyaAllah kita akan dilimpahkan
rezeki yang halal sekaligus pahala atas ibadah pekerjaan yang kita lakukan.
Melengkapi
bekerja keras dan profesional adalah praktek bersikap dan berperilaku mencontoh
Rasulullah yaitu bersifat siddiq, fathonah, amanah dan tabligh agar kita
diberikan keselamatan dunia dan akhirat. Sifat siddiq adalah dapat dipercaya
dan jujur. Sifat fathonah adalah harus pintar. Sifat amanah adalah melaksanakan
tugas yang dibebankan dan tabligh adalah mampu melakukan komunikasi yang baik.
Wujud dari kita
bekerja selain mendapat rezeki halal adalah pengakuan dari lingkungan atas
prestasi kerja kita. “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan
terampil dan siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarga maka dia
serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla (H.R. Ahmad).
Allah juga telah
menjanjikan kita mempunyai peluang memperoleh rezeki yang luas asalkan bekerja
profesional dan cerdas melalui etos kerja yang tinggi. Islam telah mengajarkan
bagaimana mempraktekan etos kerja yang tinggi. Ada 4 (empat) prinsip etos kerja
tinggi yang diajarkan Rasulullah seperti diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam
“syu’bul Iman”.
Pertama, bekerja
secara halal. Syukur Alhamdulillah kita telah memiliki pekerjaan di Unpad yang
terkategorikan halal yaitu melaksanakan layanan pendidikan untuk masyarakat.
Kedua, kita bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain
apalagi menjadi benalu bagi orang lain. Makna terdalam adalah kita dilarang
untuk bersifat selalu meminta imbalan diluar kemampuan lembaga tempat kita
bekerja. Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga. Tegasnya seseorang
harus mengatur rezeki yang diperoleh hasil dari memerah keringat untuk
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dengan menghindarkan perilaku boros.
Keempat, bekerja untuk meringankan hidup tetangga. Artinya kita setelah
memperoleh rezeki tidak boleh egois dan harus peduli untuk meringankan
kesulitan ekonomi tetangga kita.
Bekerja secara
cerdas juga memerlukan tambahan energi yang datang dari ridha Allah melalui doa
untuk para kerabat kerja dan untuk lembaga Unpad sendiri. Tahukah kita akan
sosok Fatimah puteri Rasulullah yang selalu rela untuk mementingkan mendoakan
orang lain dibandingkan diri dan keluaganya sendiri. Apakah kita pernah
mendoakan pemimpin, kerabat kerja dan kemajuan Unpad? Doa yang dilakukan dan
jika malaikat mendengar maka merekapun akan mendoakan kita yang mendoakan orang
lain tersebut, seperti diriwayatkan oleh HR. Muslim dan Abu Dawud, “Apabila
salah seorang mendoakan saudaranya sesama muslim tanpa diketahui oleh orang
yang didoakan tersebut maka para malaikat berkata ‘Amin, semoga engkau
memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu’.
Mengukir
prestasi kerja, memperoleh rezeki yang berkah serta mendoakan kemajuan lembaga
InsyaAllah menjadikan kehidupan kita akan lebih baik lagi. Kita seyogyanya
menjadikan Unpad sebagai rumah tempat bekerja yang menyenangkan, “Allah
menjadikan untuk kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat ketenangan.” (an-Nahl:
80).
Akhir kata, kita
atau minimal saya pribadi seyogyanya selalu mencoba konsisten bekerja keras,
cerdas dan profesional sehingga arus rezeki menjadi lapang dan luas serta selalu
berdoa Unpad semakin maju sehingga tambahan rezeki Unpad akan mengalir kepada
kita semua. Aamiin.
Cerdas atau berakal dalam Al Qur’an
adalah ketika berpadunya pikir dengan dzikir dalam diri seorang muslim sejati.
Pikir adalah kerja otak dan dzikir merupakan kerja hati, hati yang sehat dan
hidup yakni selalu ingat kepada Allah SWT. Didalam Al Qur’an penyebutan kata
berakal atau berfikir tersebar tidak kurang dalam 19 ayat, Seperti Firman Allah
SWT dalam QS.Ar Ra’d ayat : 19 أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ
رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ ”
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang
berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” Ternyata orang-orang yang berakal
bukanlah orang-orang yang hanya mengandalkan pikir otak saja. Bahkan
orang-orang yang hanya mau menggunakan pikir saja tanpa menggunakan hati bisa
disebut sebaliknya yakni orang yang bodoh.
Dan kedudukan manusia yang mengedepankan logika pikir saja ternyata hanya
berselisih sedikit dengan seekor hewan ternak. أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا
“atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”
QS. Al Furqan :44 Seseorang yang hatinya tidak hidup, akan sangat kesulitan
dalam mengendalikan pikir. Faktanya adalah banyak sekali orang-orang yang
pintar menggunakan otak tetapi tidak mau menggunakan hati. Yang terjadi adalah
mereka selalu melogika apa yang dia lihat dan ucapkan.
•“Dimanakah
Allah, bukankah bumi ini berputar dengan sendirinya, sebagai bagian dari hukum
alam?”
•“Jangan
berkhayal, apakah mungkin tulang-belulang (andai tersisa) dari seorang manusia
bisa hidup kembali bahkan berkumpul di suatu padang keadilan?”
•“Lia eden itu
sama dengan Nabi Muhammad lho, sebab ketika awal berdakwah mendapat tantangan
dahsyat dari umat””
•“Porno atau
tidak itu sangat relatif, sebab sangat tergantung dari apa yang terpikir dalam
otak manusia nya masing-masing”
•“Kerudung
(jilbab) itu bagian dari budaya, jadi bukanlah suatu keharusan..yang penting
tetap sopan”
•“Kebohongan
yang kita lakukan ini boleh dilakukan yang penting demi kemaslahatan orang
banyak..”
•“Lebih baik
bapak dan ibu kita pindahkan dipanti jompo saja, selain lebih terawat maka akan
lebih senang karena berkumpul dengan orang-orang yang sama dan sebaya..”
Itulah beberapa
ungkapan dan masih banyak sekali yang lain. Yang menunjukkan sebuah pola pikir
pinter yang tidak padu dengan hati yang hidup sehingga menjadi keblinger.
Realita di masyarakat yang terjadi adalah adanya manusia yang secara pikir
‘lebih pandai’ tetapi hatinya tidak hidup. Atau orang dengan kemampuan berpikir
‘kurang’ tetapi hatinya tetap hidup. Nah inilah yang lebih baik dan selamat. Idealnya sih seseorang dikaruniai
kecerdasan otak yang handal tetapi hatinya juga hidup, selalu ingat kepada
Allah SWT, dan itulah yang paling baik. Tetapi akan menjadi sangat berbahaya,
ketika manusia yang moncer dengan otaknya tetapi hatinya tidak tersentuh atau
terbimbing nilai-nilai agama. Contoh yang terjadi adalah jika mereka menempati
posisi lebih tinggi dalam masyarakat, akan menindas dan juga mengakali/minteri
orang-orang yang bodoh dan lemah dalam kekuasaanya. Ini berbeda dengan orang
yang secara kekuatan otak minim dan hatinyapun jauh dari Allah SWT. Efeknya bagi
manusia lain tidak akan secelaka yang dilakukan orang yang pintar minus moral.
B.
LANDASAN
DAN TUJUAN
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyyat:56).
Dan Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi”. Mereka berkata: ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah:30). Ayat diatas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk berketuhanan sekaligus makhluk
sosial. Sebagai makhluk berketuhanan, wajinb baginya mengabdi, tunduk dan
patuh, serta berpegang teguh pada ajaran agama Allah yakni al-Islam. Sementara
sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari aktualisasi sebagai makhluk
berketuhanan, mereka harus menjalin shilaturahmi dan kerjasama yang baik, jujur, amanah, yang
dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dari kondisi
tersebut, manusia menjadi berkembang
secara dinamis, sehingga kebutuhan hidup manusia juga semakin berkembang,
begitu juga tantangan hidupnya pun berkembang pesat. Sehingga ketergantungan
manusia kepada sesamanya juga semakin tinggi. Dari sini kemudian, lahirlah
lapangan pekerjaan, yang dengan lapangan pekerjaan seseorang dapat memenuhi
kebutuhannya sekaligus menolong
pemenuhan kebutuhan orang lain.
Pengertian
Profesionalisme
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang
profesional, dan profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok,
yang disebut profesi, artinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau
sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan sebagai pekerjaan da isme sebagai
pandangan hidup, maka profesional dapat diartikan sebagai pandangan untuk
selalu berfikir, berpandirian, bersikap
dan bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin,
jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasila pekerjaannya. Dengan pengertian tersebut, profesionalisme
sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu perusahaan, organisasi dan lembaga.
Perusahaan, organisasi dan sejenisnya tersebut kalau ingin berhasil
program-program, maka harus melibatkan orang-orang yang mampu bekrja secara
profesional. Tanpa sikap dan prilaku profesional maka lembaga, organisasi
tersebut tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, bahkan bisa mengalami
kebangkrutan. Dalam realitas masyarakat,
banyak ditemukan adanya perusahaan, organisasi, dan lembaga yang maju, sedang
atau biasa-biasa. Diantara faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
perusahaan atau lembaga tersebut adalah sikap dan perilaku profesional dari
orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama para peminpinnya.
Nilai-nilai Islam yang Mendasari
Profesionalisme
Ajaran Islam sebagai agama universal sangat
kaya akan pesan-pesan yang mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik,
menjadi khalifa, yang mengatur dengan baik bumi dan se isinya. Pesan-pesan
sangat mendorong kepada setiap muslim untuk berbuat dan bekerja secara
profesional, yakni bekerja dengan benar, optimal, jujur, disiplan dan tekun. Akhlak Islam yang di ajarkan olehNabiyullah
Muhammad SAW, memiliki sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan bagi
pengembangan profesionalisme. Ini dapat dilihat pada
pengertian
sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut :
1. Sifat kejujuran (shiddiq). Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang
paling penting untuk membangun profesionalisme. Hampir semua bentuk uasha yang
dikerjakan bersama menjadi hancur, karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu
kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang
selalu di ajarkan oleh islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang
dikembangkan di dunia organisasi, perusahan dan lembaga modern saat ini sangat
ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga
tegaknya negara sangat ditentukan oleh sikap hidup jujur para
pemimpinnya. Ketika para pemimpinya tidak jujur dan korup, maka negara itu
menghadapi problem nasional yang sangat berat, dan sangat sulit untuk
membangkitkan kembali.
2. Sifat
tanggung jawab (amanah). Sikap bertanggung jawab juga merupakan sifat
akhlak yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu
perusahaan/organisasi/lembaga apapun pasti hancur bila orang-orang yang
terlibat di dalamnya tidak amanah.
3. Sifat komunikatif (tabligh). Salah satu ciri
profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan sifat komunikatif,
seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akna dapat menjalin kerjasama dengan
orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukan
kerja sama atau melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan
sifat transparan, kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan,
sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan
apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinanny. Dengan begitu, perjalanan sebuah
organisasi akan berjalan lebih lanca, serta mendapat dukungan penuh dari
berbagai pihak.
4. Sifat cerdas (fathanah). Dengan
kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap
peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpina yang
cerdas akan cepat dan tepat dalm memahami problematikayang ada di lembaganya.
Ia cepat memahami aspirasi anggotanya,
sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat dipecahkan
dengan cepat dan tepat sasaran.
Disamping itu, masih terdapat pula nilai-nilai
islamyang dapat mendasari
pengembangan
profesionalisme, yaitu :
1. Bersikap positif dan berfikir positif
(husnuzh zhan ). Berpikir positif akan
mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini
disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam
menghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan tersebut, tidak saja ditujukan kepada
sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan
berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut, seseorang akan
lebih lebih bersikap objektif dan optimistik. Apabila ia berhasil dalm usahanya
tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putus asa,
dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagl merupakan pelajaran yang harus
diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dengan selalu bertawakal
kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak shilaturahhim. Dalam Islam
kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda keimanan. Namun dalam
dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi. Dalam
tradisi ini akan terjadi saling belajar.
3. Disiplin waktu dan menepati janji. Begitu
pentingnya disiplin waktu, al-Qur’an
menegaskan makna
waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah
”Demi Waktu”. Begitu juga menepati
janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki
pesan-pesan penting lainnya. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. (Al-Maaidah/05:01). Yang dimaksud aqad-aqad adalah janji-janji sesama
manusia.
4. Bertindak efektif dan efisien. Bertindak efektif artinya merencanakan ,
mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan
efisien adalah penggunaan fasilitas
kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan
sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap
efektif dan efesien.
5. Memberikan upah secara tepat dan cepat. Ini
sesuai dengan Hadist Nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan
mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan
keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas-malas karena dia harus
memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak dihargai secara
memadai.
C.
KARAKTERISTIK
Pertama; Shidiq (kejujuran).
Bersungguh-sungguh bekerja merupakan ciri khas profesionalisme, namun apalah
artinya kesungguhan itu jika tidak dibarengi dengan sikap yang jujur.Kejujuran
adalah modal sangat berharga bagi setiap manusia dalam menjalankan segenap
aktifitas kehidupannya apapun profesinya. Alqur’an memuji orang-orang yang
selalu berprilaku jujur, sebagaimana firman-Nya: “Ini adalah hari yang
bermanfaat bagi orang-orang yang jujur (disebabkan) kejujuran mereka. Bagi
mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Demikianlah karena Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho
kepada-Nya. Dan itulah keberuntungan yang paling besar” (QS Al-Maaidah: 119).
Kedua: Amanah
(dapat dipercaya). Salah satu komitmen penting yang harus kita bangun dalam
karir hidup kita, selain kejujuran, ialah membangun kepercayaan utamanya dari
orang lain Nabi Muhammad saw berhasil menuai sukses, dalam sisi apapun, setelah
beliau berhasil membangun kepercayaan orang lain sehingga mendapat julukan
sebaga Al amin (yang terpercaya). Memang, komitmen dan kesuksesan hanya akan
datang kalau kita memiliki kredibilitas dan kepercayaan.
Dalam pandangan
Islam, profesionalisme tak dapat dipisahkan dari amanah, karena sifat inilah
yang akan selalu membingkai profesionalitas pekerjaan kita tetap pada jalurnya
yang benar. Orang yang tidak amanah berarti ia tidak profesional dalam
menjalankan tugasnya. Rasulullah saw menjelaskan, “Apabila amanah telah
disia-siakan, tunggulah saat kehancurannya”, sahabat bertanya, “Ya Rasulullah,
bagaimana maksud menyia-nyiakan amanah itu?”, Nabi saw menjawab, “Yaitu
menyerahkan suatu urusan ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancurannya” (HR Bukhari).
Karena itu
hendaknya kita dalam menjalankan tugas dan kewajiban harus dengan
sungguh-sungguh, memperdalam ilmu tentang bidang pekerjaan tersebut dan
melaksanakan sesuai apa yang telah ditentukan baik secara jam kerja,maupun
tupoksi yang telah diberikan.
Ketiga; Tabligh
(keterbukaan). Secara harfiah tabligh maknanya menyampaikan sesuatu apa adanya,
tanpa ditutup-tutupi. Perilaku terbuka atau transparan penting dimiliki seorang
profesional. Sulit membayangkan profesionalitas kinerja seseorang jika ia tidak
menanamkan sifat ini dalam dirinya.
Transparansi
sangat dekat hubungannya dengan kejujuran dan sifat amanah, bahkan ia merupakan
refleksi dari kedua sifat di atas. Orang yang jujur dan amanah tentu tak akan
menyembunyikan sesuatu yang seharusnya diungkap. Ia mampu mengungkap kebenaran
sekalipun hal itu pahit, baik bagi dirinya maupun karirnya. (Qul al-Haqq walau
kaana murran).
Keempat;
Fathanah (cerdas dan bijaksana). Tak dapat dipungkiri, di dunia yang lebih
mengedepankan aspek formalitas daripada moralitas, seperti saat ini,
intelektualitas merupakan paramater pertama untuk mengukur kemampuan seseorang.
Fathanah bukan
sekadar cerdas tetapi juga visioner dan inovatif, tanggap menangkap peluang
untuk maju serta menciptakan sesuatu yang tepat guna, efisien dan berdaya saing
tinggi. Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin itu, (harus) cerdas dan cepat
tanggap”.
Jelasnya, untuk
menjadi profesional, seorang muslim hendaknya mempunyai empat karakter
sebagaimana disebutkan di atas. Shidq (Kredibilitas), Amanah (memiliki
kapabilitas), Tabligh (transparansi) dan Fathanah (intelektual), yang juga
adalah sifat utama pribadi Rasulullah saw, merupakan kunci penting guna
memenangkan persaingan pasar dunia global.
Selain
nilai-nilai dasar tersebut, seorang profesional muslim hendaknya juga
mempertahankan tujuan dasar. Di manapun dan apapun profesi kita tujuan intinya
cuma satu, yakni dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah swt. Sebagaimana
firman-Nya, “Dan tidak Aku menciptakan golongan jin dan manusia selain untuk
mengabdi kepada-Ku” (QS adz-Dzariyat: 56).
Dengan demikian,
jika kita berhasil mempertahankan dua hal di atas(nilai dasar dan tujuan
dasar). Maka Allah Ta’ala pun berjanji akan memberikan dua hal, seperti
disebutkan dalam ayat di surah an-Nuur di atas, yaitu; balasan yang terbaik dan
tambahan karunia dari-Nya.
“(Mereka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS An-Nuur: 38).
D.
PANDANGAN
ISLAM
Dari uraian di
atas, dapat disipulkan bahwa Islam adalah agama yang menekankan arti penting
amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja kerja harus dilaksanakan
berdasarkan
prinsip sebagai berikut :
1. Bahwa
pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan yang
memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai
pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya. (QS. al-Isra/17:36). 2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan
keahlia. Seperti sabda Nabi : Apabila
suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancuran. (Hadist Bukhari).
3. berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik.
Dalm Islam, amal, dan kerja harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga
makna amal shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu
dihadapan Allah maupun dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah,
Rasulullah, dan masyarakatnya, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh
tanggunga jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos
kerja yang tinggi
6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat da
sesuai dengan amal atau karya yang dihasilkannya.
E.
IMAN,
ILMU, AMAL KUNCI PROFESIONAL DAN CERDAS ISLAMI
` Mentrasformasikan ilmu itu menjadi
amal perbuatan, baik bagi diri guru
sendiri maupun para siswa serta seluruh warga sekolah, sehingga nampak
kepribadian Islam atau religius culture mewarnai dunia pendidikan atau sekolah.
Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) berbunyi:
"Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang".
Atas dasar amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahan Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
• Iman dan amal shalih dalam al-Qur’an
pada umumnya disandingkan. Artinya, iman seseorang tidak sempurna jika tidak
disertai amal (kinerja) yang baik.
• Iman dapat membuahkan kinerja yang
baik, jika dilengkapi dengan ilmu yang memadai.
• Bekerja dapat membuahkan produktivitas
dan kreativitas yang bernilai jika dilandasi keyakinan bahwa Allah itu melihat
kinerja kita.
• Bekerja pada akhirnya harus dapat
menambah dan meningkatkan: iman, ilmu, amal, dan rezeki yang halal dengan
aktualisasi STAF tersebut.
• Rasul Saw bersabda “Barang siapa pada
malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam
itu ia diampuni Allah” (Hadits Riwayat Ahmad & Ibn Asakir)
F.
SHIDIQ,
AMANAH, TABLIGH, FATHONAH KUNCI PROFESIONALITAS CERDAS ISLAMI
1. Shidiq
(Kejujuran)
Nilai Etika Aktualisasi Nilai dalam Kerja
Kejujuran
الصِدْق
(Jujur, benar,
bersahabat, tidak mendustakan, bersedekah)
1.Bersikap
obyektif
2.Berpikir
positif
3.Bertutur kata
apa adanya
4.Berbuat sesuai
hati nurani
5.Bekerjasama
demi kebaikan
6.Anti berdusta
(berbohong)
7.Anti
manipulasi
8.Anti
inefisiensi
2. Amanah
(Keterpercayaan
Nilai Etika Aktualisasi Nilai dalam Kerja
Amanah
1.Bersikap teguh
pendirian dan hati-hati
2.Berpikir masa
depan
3.Bertutur kata
penuh kearifan
4.Bertindak
penuh inisiatif dan tanggung jawab
5.Berlaku adil
dan demokratis
6.Bersemangat
dalam penegakan disiplin
7.Menghargai dan
memaknai waktu
8.Anti penyalahgunaan wewenang/jabatan
9.Anti pemborosan
10.Anti
ketidakdisiplinan
3. Tabligh
(Menyampaikan)
Nilai Etika Aktualisasi Nilai dalam Kerja
Tabligh
تبليغ
(sampai,
menyampaikan, fasih, komunikatif terbuka)
1.Bersikap
Terbuka
2.Berpikir Logis
3.Berkomunikasi
persuasif
4.Bertindak
Transparan
5.Bersemangat
dalam amar ma’ruf nahi munkar
6.Anti
permufakatan dan kerjasama dalam rangka kejahatan
7.Anti
ketertutupan
8.Anti
kolusi
4. Fathanah
(Kecerdasan)
Nilai Etika Aktualisasi Nilai dalam Kerja
Fathanah
1.Bersikap wajar
dan simpatik
2.Berpikir
rasional dan proporsional
3.Bertutur kata
lembut dan sopan
4.Berkarya
kreatif
5.Berjiwa sosial
6.Bersemangat
dalam meraih prestasi dan produktivitas
7.Anti kebodohan
8.Anti
kemunduran
9.Anti
ketertinggalan
10.Anti
kemiskinan (intelektual, struktural, kultural, sosial dan moral)
Aktualisasi Etos
dan Etika Kerja
1. Berupaya
menempatkan: Right man on the right place and in the right time = إذا وسد الأمر
إلى غير أهله فانتظر الساعة artinya: “Jika suatu urusan itu diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.
2. Menjaga
amanah (Terpercaya, akuntabel, trust) yang diberikan kepadanya. Nabi Saw.
Bersabda:إذا ضيعت الأمانة إلى غير أهلها فانتظر الساعة artinya: “Apabila
amanah itu diserahkan kepada bukan
ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
3. Kerja harus
itqan (tekun, profesional, tuntas) =
إن الله يحب أحدكم إذا عمل أن يتقنه (رواه البيهقي)
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai
seseorang jika bekerja ia melakukannya dengan profesional.” (HR. al-Baihaqi)
4. Tidak
melakukan eksploitasi, penzhaliman, perbudakan. Hak-hak diberikan sesuai dengan
kewajiban yang dibebankan kepada SDM. Nabi bersabda: اعطوا الأجير أجره قبل أن يجف
عرقه (Berikanlah upah/honornya sebelum kering keringatnya.”
5. Membina
relasi sosial dengan baik dan beradab (Mu’amalah hasanah). Nabi Saw. خالق أو عامل الناس بخلق حسن
(Perlakukan/pergauli manusia dengan akhlak yang baik) (HR. Musl.im)
6. Optimalisasi
pencapaian target (tujuan korporasi, institusi), pemanfaatan waktu, dan disiplin kerja = اغتنم خمسا قبل خمس: حياتك قبل
موتك، وصحتك قبل سقمك وفراغك قبل شغلك وشبابك قبل هرمك وغناك قبل فقرك
7. Penerapan
Self control, waskat, dan penuh tanggung jawab dalam bekerja= وقل اعملوا فسيرى الله
عملكم ... + إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا
8. Berorientasi
terbaik (memilih yang terbaik, bekerja dan berprestasi terbaik). Allah
berfirman: : هو الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسنكم عملا (Dialah yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya).
Nabi bersabd: الناس معادن خياركم في الجاهلية خياركم في الإسلام (Manusia itu ibarat tambang; yang terbaik di
masa jahiliyah adalah juga yang terbaik pada masa Islam).
9. Meningkatkan
kualitas diri, kapabilitas, dan keahlian dengan banyak belajar dan berlatih
demi peningkatan kinerja yang lebih baik. Allah berfirman: إن أحسنتم أحسنتم لأنفسكم
وإن أسأتم فلها (Jika kalian berbuat yang terbaik, maka pada hakikatnya kalian
berbuat untuk diri kalian sendiri; sebaliknya jika berbuat jahat, maka
akibatnya juga menimpa diri kalian sendiri.” (al-Isra’ [17]: 7)
Soal !
1) Apa
yang di maksud dengan Profesional?
2) Apa
yang dimaksud Cerdas dalam Al-Qur'an?
3) Jelaskan
hubungan antara profesional dan cerdas dengan etos kerja?
4) Jelaskan
sifat-sifat yang menjadi landasan dalam profesionalisme?
5) Jelaskan
nilai-nilai yang mendasari profesionalisme?
6) Apa
tujuan dasar anda dalam membentuk nilai-nilai dasar karakteristik?
7) jelaskan
pandangan islam tentang profesional dan cerdas islam?
8) Apa
hubungan iman , amal , dan ilmu dalam kunci profesional dan cerdas islami?
9) Sebutkan
UUD yang mengatur tentang iman , ilmu , amal dalam pendidikan?
10) Sebutkan
Aktualisasi Etos dan Etika kerja?
Strange "water hack" burns 2 lbs in your sleep
BalasHapusOver 160 thousand women and men are using a easy and secret "liquid hack" to drop 1-2lbs each and every night as they sleep.
It's painless and it works with anybody.
Here are the easy steps for this hack:
1) Hold a drinking glass and fill it half full
2) Now learn this awesome hack
you'll be 1-2lbs thinner when you wake up!