A.
KONSEPSI
DAN URGENSI
Budaya akademik (Academic culture),
Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan
kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan
kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama dinamika
perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.
Perubahan dan
pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal
senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan
mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian,
terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan.
Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan
didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan rasa
tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya akademik.
Budaya akademik
sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang
melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan
perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik,
sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma
kegiatan akademik tersebut.
Pemilikan budaya
akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi,
yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah
dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan
bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang
setinggi-tingginya.
Khusus bagi
mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut
ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi actual dan
mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas seperti
itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara
bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa
dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.
Oleh karena itu,
tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan
memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bias saja ia mampu berbicara tentang
norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses
belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam
praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan
melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu—baik disadari ataupun tidak.
Kiranya, dengan
mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya dan
pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan
intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan
budaya dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk
perubahan tersebut.
Dalam situasi
yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik
yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden adalah
“Budaya atau
sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik
dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan,
pikiran kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik”
Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan
karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri Perkembangan Budaya
Akademik” yang meliputi berkembangnya
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain
secara obyektif;
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis
dengan tanggungjawab moral;
(3) kebiasaan membaca;
(4) penambahan ilmu dan wawasan;
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada
masyarakat;
(6) penulisan artikel, makalah, buku;
(7) diskusi ilmiah;
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik
Etos berasal
dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara
terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan
dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
• suatu aturan umum atau cara hidup
• suatu tatanan aturan perilaku.
• Penyelidikan tentang jalan hidup dan
seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian
lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan
yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang
positif.
Akhlak atau etos
dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak.
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan
dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan
diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter
seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang
disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau
cita-cita.
Etos kerja
adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya
juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai
yang berdimensi transenden.
Menurut K.H.
Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
Performance) .
Dengan demikian
adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk
menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan
berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan
etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan
mengikuti waktu.
Kemuliaan
seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu,
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah
sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang
demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang
lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan
seseorang di
akhirat kelak,
apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.
Istilah ‘kerja’
dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi
diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi
hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk
amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang
yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan enaganya untuk kebaikan diri, keluarga,
masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori
ahli Syurga seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang
mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai
manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi
sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah)
itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur
katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan
tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al Mu’minun
: 1 – 11)
Golongan ini
mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca
hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah,
maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum
anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara
yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanya.
Dalam satu hadits
yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :
’Bahwa setiap
amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa
yang diniatkannya …
’ Dalam riwayat
lain, Rasulullah SAW bersabda :
‘ Binasalah
orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu,
kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang
beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan
yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar …
’ Kedua hadist
diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan
itulah inti
sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat
Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan
yang satu, yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah)
itulah yang
dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang
sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang
tenang dalam ibadah, ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan
janji-janji Allah.
B.
LANDASAN
DAN TUJUAN
Secara umum,
etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
• Pendorang timbulnya perbuatan.
• Penggairah dalam aktivitas.
• Penggerak, seperti mesin bagi mobil
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .
Kerja merupakan
perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja
berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas
dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual
maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit,
kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian
etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan
cita-cita.
Nilai kerja
dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di
dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati,
kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan
sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan
di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat
hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat.
Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai
kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun
manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur
kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita,
pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut
tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya.
Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.
وَابْتَغِ فِيمَا
ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ.
Artinya:
Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash: 77)
Pandangan Islam
mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi
yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat
yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka
ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah
(seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka)
maka setingkat pula nilai kerjanya . Beberapa Surat Yang Mengarah dalam Etos
Kerja dalam Islam di antaranya :
(Q.S.
Al-Baqarah: 148)
(Q.S. Al-Isra’:
7)
(Q.S. Al-Ashr:
1-3)
(Q.S.
Al-Qashash: 77)
(Q.S. Al-Najm::{53}:39)
(Q.S.
Ar-Ra’d{13}: 11)
(Q.S Al Mu’minun
: 1 – 11)
(Q.S. At-Tabah,9
: 105)
(Q.S. Al An’am
(6):135
•Al Quran dan
terjemahnya
•Akhlak Nabi
Muhammad SAW (Keluhuran dan kemuliaannya), Ahmad Muhammad Al-Hufy
•Konsep Kerja
dalam Islam, Dr. Asyraf Hj Ab Rahman
•[Ar-Royyan-3465]
Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW, Agus Rasidi
C.
KARAKTERISTIK
BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAM
Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian
Drama mengemukakan tiga belas sikap yang menandai etos kerja tinggi pada
seseorang : 1. efisien; 2. rajin; 3. teratur; 4. disiplin/tepat waktu; 5.
hemat; 6. jujur dan teliti; 7. rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan;
8. bersedia menerima perubahan; 9. gesit dalam memanfaatkan kesempatan; 10.
energik; 11. ketulusan dan percaya diri; 12. mampu bekerjasama; dan 13.
mempunyai visi yang jauh ke depan. Menurut Sarsono, Konfusianisme berkenaan
dengan orang yang aktif bekerja mempunyai ciri-ciri : (1) etos kerja dan
disiplin pribadi; (2) kesadaran terhadap hierarki dan ketaatan; (3) penghargaan
pada keahlian; (4) hubungan keluarga yang kuat; (5) hemat dan hidup sederhana;
dan (6) kesediaan menyesuaikan diri. Perbandingan orientasi kerja antara orang
Cina perantauan dengan orang Amerika sebagai berikut: Cina perantauan memiliki
peringkat kerja: (1) kerja keras; (2) belajar; (3) kejujuran; (4) disiplin
diri; dan (5) kemandirian. Sedangkan nilai kerja orang Amerika adalah: (1)
kemandirian; (2) kerja keras; (3) prestasi; (4) kerjasama; dan (5) kejujuran.
Bangsa Jepang di
kawasan Asia khususnya, relatif dikenal mempunyai keunggulan dalam hal etos
kerja. Etos kerja mereka ditandai ciri-ciri: 1. suka bekerja keras; 2. terampil
dan ahli dibidangnya; 3. disiplin dalam bekerja; 4. tekun, cermat dan teliti;
5. memegang teguh kepercayaan dan jujur; 6. penuh tanggung jawab; 7.
mengutamakan kerja kelompok, 8. menghargai dan menghormati senioritas; dan 9.
mempunyai semangat patriotisme tinggi. Mokodompit juga mengutip pendapat Paul
Charlap. Yakni, agar seseorang sukses dalam bekerja harus didukung oleh etos
kerja yang indikasi-indikasinya: 1. bekerja keras, 2. bekerja dengan arif
bijaksana, 3. antusias, sangat bergairah dalam bekerja, dan 4. bersedia
memberikan pelayanan. Majalah For¬tune di Amerika Serikat menyebutkan enam
persyaratan untuk memperoleh kesuksesan kerja sebagai eksekutif:
1.Mempunyai
prakarsa, bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan tugas kepemimpinan yang
dipercayakan;
2.Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan kerja di bidangnya secara memadai;
3.Dapat
dipercaya dan berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh-sungguh;
4.Mempunyai
kecakapan dalam berhubungan dengan orang lain;
5.Tidak mudah
menyerah; dan
6.Mempunyai
kualitas pribadi dan kebiasaan kerja yang baik.
Idealisasi
kualitas manusia Indonesia sesuai dengan dinamika budaya bangsa Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, I, terwujud dalam sikap perilaku,
ungkapan bahasa dalam komunikasi sosial, berbudi pekerti luhur, jujur, adil,
dapat 1, dipercaya; 2. berkepribadian, tangguh, dan mandiri; 3. bekerja keras;
4. berdisiplin; 5. bertanggung jawab; 6. cerdas, arif¬ bijaksana; 7. terampil
dalam bekerja; 8. sehat jasmani dan rohani; dan 9. mempunyai kesadaran
patriotisme tinggi.
Dari
pendapat-pendapat tersebut di atas, Indikasi-indikasi etos kerja secara
universal kiranya cukup menggambarkan etos kerja yang baik pada manusia,
bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai etos
kerja yang diaktualisasikan dalam aktivitas kerja. Dan sehat jasmani serta
mental juga menjadi hal penting pada orang yang bersangkutan yang memiliki
modal kepribadian yang mendukung etos kerja tinggi.
Etos Kerja
Islami (Telaah Psikologi)
Bahwasannya
kepribadian terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik. Kehidapan manusia kalau
diibaratkan sebagai perjalanan, jasmani memang laksana kendaraan. Perjalanan
bisa sangat terganggu bila kendaraan tidak normal dan sering rusak. Kesehatan
jasmani adalah perpaduan yang serasi antara bermacam-macam fungsi jasmani, disertai
kemampuan menghadapi kesukaran-kesukaran biasa yang dijumpai dalam lingkungan,
di samping secara positif merasa gesit, kuat, dan bersemangat. Sedangkan
kesehatan mental ialah perpaduan atau integrasi yang serasi antara
fungsi-fungsi jiwa ringan yang biasa terjadi pada manusia umumnya, di samping
secara positif dapat menikmati kebahagiaan dan menyadari kemampuan.
Dari sejumlah
pendapat dan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, indikasi-indikasi orang
beretos kerja tinggi pada umumnya meliputi sifat-sifat:
1.Aktif dan suka
bekerja keras;
2.Bersemangat
dan hemat;
3.Tekun dan
profesional;
4.Efisien dan
kreatif;
5.Jujur,
disiplin, dan bertanggung jawab;
6.Mandiri;
7.Rasional serta
mempunyai visi yang jauh ke depan;
8.Percaya diri
namun mampu bekerjasama dengan orang lain;
9.Sederhana,
tabah dan ulet;
10.Sehat Jasmani
dan rohani;
D.
PRINSIP
BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAMI
•Orientasi
kemasa depan. Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan
untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih bahagia
daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu
hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok.
•Kerja keras dan
teliti serta menghargai waktu. Kerja santai, tanpa rencana, malas, pemborosan
tenaga, dan waktu adalah bertentangan dengan nilai Islam, Islam mengajarkan
agar setiap detik dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk
meningkatkan keimanan, beramal sholeh (membangun) dan membina komunikasi
sosial, firman Allah:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Artinya:
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)
•Bertanggung
jawab.
Semua masalah
diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik
kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan
melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ
أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ
لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ
وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا.
Artinya:
Jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja
yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra’: 7)
•Hemat dan
sederhana. Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang
pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara
hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya.
Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
•Adanya iklim
kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang
atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu harus di capai
secara wajar tanpa merugikan orang lain.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ
جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
Artinya:
Dan bagi
tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai orang
yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan untuk
menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena dia
lebih baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit.
Dari pada ia bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu sama
dengan orang yang bertindak nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya: “The
best fortune that can come to a man, is that he corrects his defects and makes
up his failings” (Keberuntungan yang baik akan datang kepada seseorang ketka
dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari kegagalannya) Percayalah .
E.
ACTIVE
SEMANGAT BUDAYA KERJA UNS
a. Pengertian
Budaya kerja Active adalah norma,
nilai, dan panduan, bagi setiap insan kampus di UNS untuk bersama-sama
melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing untuk mencapai visi dan misi UNS ke
depan. Active merupakan akronim dari Achievement Orientation, Customer
Satisfaction, Teamwork,Integrity, Visionary, Entrepreneurship.
b. Visi :
Budaya kerja UNS Active adalah
menjadi panduan sikap dan perilaku insan kampus di UNS dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi masing-masing.
c. Misi
Mewujudkan perubahan cara berpikir
(mindset) insan kampus menuju sikap dan perilaku professional.
NILAI BUDAYA KERJA
|
DEFINISI
|
ASPEK
|
ACHIEVEMENTORIENTATION( Orientasi berprestasi )
|
Kemampuan
untuk bekerja dgn baik dan melampaui standar prestasi yang ditetapkan,
berorientasi pada hasil dan terus menerus melakukan upaya untuk meraih
keunggulan.
|
|
CUSTOMERSATISFACTION( Kepuasan Pengguna Jasa )
|
Kemampuan
untuk membantu atau melayani orang lain atau memenuhikebutuhan pengguna jasa
baik intern maupun ekstern.
|
|
TEAMWORK(Kerjasama)
|
Kemampuan
bekerja bersama dengan orang lain, baik dalam tim besar maupun tim kecil
dalam ruang lingkup institusi.
|
|
INTEGRITY (Intergritas)
|
Mengkomunikasikan
maksud, ide, dan perasaan secara terbuka danlangsung, dan dapat menerima
keterbukaan darr kejujuran, sekalipun dalam negosiasi yang sulitdengan pihak
lain. Satunya kata dengan perbuatan.
|
|
VISIONARY(Visioner)
|
Kemampuan menetapkan
sasaran baru ketika target yang ditetapkan telah tercapai dan orientasi
jangka panjang. Kemampuan menyesuaikanperubahan lingkungan dan mudah menerima
perubahan dalam institusi.
|
|
ENTREPRENEURSHIP
(Bersikap
Kewirausahaan)
|
sumber daya
yang ada menjadi suatu produk dan jasa yang mempunyai nilai tambah dan
mencari benefit/ keunggulan dari peluang yang belumdigarap orang lain.
|
|
F.
MEMERANGI
NARKOBA DAN KORUPSI
Indonesia. Negeri dengan kekayaan
alam yang berlimpah ,Negeri dengan berbagai ras dan suku yang beragam, Negeri
dengan kebudayaan yang sangat unik dan bermacam macam, kebudayaan yang banyak;
mulai dari tarian – tarian adat, makanan khas, senjata dan alat musik yang
unik, akan tetapi, dengan berjalannya waktu budaya budaya tersebut mulai
terlupakan bahkan mulai terkikis dengan berjalannya zaman. Masyarakat Indonesia
sendiri terkesan kurang menyukai kebudayaanya, mereka seolah tak perduli dengan
budaya-budaya yang ditinggalkan nenek moyangnya, dan yang lebih memprihatinkan
adalah begitu banyak budaya Indonesia yang diklaim oleh Negara lain,
sepertihalnya reog ponorogo, batik , Tari Pendet dan Tari Piring, Wayang Kulit,
dan lain sebagainya,dan saat budaya budaya tersebut diklaim Negara lain maka
bangsa ini baru tersadar seakan bangun dari tidurnya,mereka marah dan
mecacimaki Negara yang mengambil budaya Indonesia, padahal sebelum hal tersebut
terjadi masyarakat Indonesia begitu acuh dengan kebudaayaannya.
Maka
jika kita fikirkan faktor yang menyebabkan bangsa kita mengacuhkan
kebudayaannya adalah begitu maraknya kebudayaan barat yang merebak dan
mempengaruhi bangsa kita,mulai dari hedonisme, modernisasme, liberalisme yang
begitu kontradiktif dengan nilai nilai moral bangsa indonesia ini.
Kebudayaan
kebudayaan barat tersebut sangat berpengaruh besar pada kepribadian bangsa
kita, jika kita telisik lifestyle generasi muda saat ini cara hidupnya
cenderung hedonis,tidak lagi mementingkan nilai – nilai atau norma – norma yang
berlaku, alkohol ,kekerasan, narkotika, tindak criminal, korupsi , tawuran,free seks , bahkan yang mutakhir
saat ini adalah penyimpangan seksual “sodomi”,hal tersebut sudah menjadi hal
yang biasa mewarnai bangsa ini.
Mari sejenak
kita membuka sejarah Indonesia dimasa lampau, salah seorang Proklamator
kemerdekaan Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963 mengungkapkan konsep Trisakti dengan tiga pilarnya, ”Indonesia
yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan
”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”.
Merujuk pada
konsep TRISAKTI tersebut,hal yang terpenting dan harus diutamakan adalah
“indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”. Indonesia memang
mempunyai banyak persoalan bangsa tetapi menurut saya yng paling inti dari
persoalan – persoalan tersebut adalah “DEKADENSI MORAL” yang terjadi pada bangsa
ini, karena modal utama pembangunan suatu Negara adalah harus mempunyai Sumber
daya manusia yang berkarakter positif,budi kerti yang
baik,kedisiplinan,kejujuran harus ditanamkan pada mental – mental bangsa ini.
Karena jika kita mempunyai SDA yang berkarakter positif maka kebobrokan kebobrokan yang terjadi dinegara
ini akan terselesaiakan. Jika bangsa kita mempunyai Karakter yang positif maka
tidak akan ada korupsi,nepotisme ataupun yang lainnya karena karakter yang baik
akan melahirkan etos kerja yang baik pula.
Untuk itu, dalam
kaitannya dengan tahun politik 2014 ini-besar harapan saya untuk para pemimpin
bangsa ini dimasa mendatang harusnya lebih mementingkan pendidikan pembangunan
karakter “character building” untuk bangsa
ini, pembentukan karakter ini harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah, supaya
bangsa ini tidak hanya cerdas ilmu ilmu pengetahuan tapi juga mempunyai
kepribadian atau karakter yang baik , karena jika bangsa ini hanya pintar ilmu
– ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, kimia, dan lain sebagainya tanpa
pendidikan karakter yang baik maka yang akan terjadi adalah kebobrokan –
kebobrokan bangsa ini dari segala lini seperti halnya saat ini.
Rektor UIN
Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam acara "Kongres
Kemandirian Indonesia” pernah berkata "Dengan mempertahankan budaya
bangsa, berarti secara tidak langsung akan memperkuat karakter identitas
negara".
Untuk itu
persoalan terbesar yang harus diselesaikam para pemimpin bangsa saat ini adalah
pembentukan karakter bangsa,karena bangsa yang berkarakter akan mencintai
budaya negaranya,dan jika karakter
bangsa telah tertanam kuat, maka negara dapat maju dengan pesat.
Soal !
1) Jelaskan
tentang Budaya Akademik?
2) Sebutkan
beberapa ciri-ciri perkembangan Budaya Akademik?
3) Apa
yang dimaksud dengan Etos Kerja?
4) Apa
Fungsi etos kerja menurut A.Tabrani Rusyan?
5) Sebutkan
dalil-dalil yang mengarah pada Etos Kerja?
6) Sebutkan
Indikasi sifat orang yang ber-Etos Keja tinggi?
7) Sebutkan
Prinsip-prinsip Budaya dan Etos Kerja Islami?
8) Apa
yang dimaksud dengan Budaya Kerja Active?
9) Jelaskan
kepanjangan dari "Active"?
10) Apa
yang harus diubah untuk melawan Korupsi dan Narkoba di Negeri ini?
Do you realize there is a 12 word phrase you can communicate to your partner... that will trigger deep feelings of love and instinctual appeal for you deep within his chest?
BalasHapusThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, cherish and guard you with all his heart...
=====> 12 Words Who Fuel A Man's Desire Instinct
This impulse is so built-in to a man's brain that it will drive him to work better than before to love and admire you.
Matter-of-fact, fueling this powerful impulse is absolutely important to achieving the best possible relationship with your man that the instance you send your man a "Secret Signal"...
...You'll immediately find him expose his soul and mind to you in a way he never expressed before and he will recognize you as the one and only woman in the universe who has ever truly understood him.