A.
KONSEPSI
DAN KARAKTERISTIK
Islam sebagai agama yang sempurna
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya-nya, namun Islam memiliki
aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis
antar sesame makhluk. Ajaran yang menjadi dasar dalam membangun relasa vertikal
dank horizontal ini adalah kebersiahan. Bersih merupakan salah salah satu pokok
dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk
kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya.
Bersih adalah
kondisi sesuatu yang bebas dari hal yang kotor. Jadi benda yang di katakan
bersih apabila tidak ada kotoran berupa apa pun. Maka dari pengertian ini
dapahi diketahui bahwa kondisi bersih berarti sesuatu hal yang harus dijaga dan
dirawat dari hal-hal yang kotor yang dapat dihinggapi oleh kuman serta menjadi
sarang penyakit.
Dalam membangun
konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang
kebersihan. Yaitu istilah thaharah, nazhafah, tazkiyah, dan fitrah. Thaharah
biasa digunakan untuk menyebut kebersihan badani sebagai syarat untuk
melaksanakan ibadah. Nazhafa biasanya gunakan untuk menyebut lingkungan sekitar
yang bersih. Tazkiyah digunakan untuk menyebut kebersihan sesuatu yang tidak
tampak. Sedangkan fitrah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan holistik
umat manusian berkenaan dengan keyakinan dan jiwa.
Semua term
tersebut mengandung makna bersih zahir dan batin. Dalam ajaran Islam, bersih
zahir tidak cukup tetapi dalamnya pun harus suci. Karenanya sesuatu yang tampa
luarnya bersih masih harus juga disucikan betinnya. Contoh, orang yang hendak
melaksanakan shalat tidak cukup hanya bersih, tetapi juga harus suci. Sunci
zahir saja tidak cukup tetapi juga harus suci dari najis yang sifatnya batin,
yaitu suci dari hadats kecil dan hadats besar. Bahkan seorang hanmba yang
hendak menyempurnakan beribadah kepada Allah harus bersih dari perbuatan dosa,
maka ia harus bertaubat, beristighfar dan berbuat baik. Karenanya, makna bersih
amat holistik yang menyangkut berbagai persoalan kehidupan, baik dunia dan
akhirat
Kebersihan dalam
pandangan Islam sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Karenanya tujuan
Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan
masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga mampu menjadi umat
pilihan dan khalifah Allah untuk memakmurkan bumi. “Kesehatan merupakan salah
satu hak bagi tubuh manusia”. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia,
sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya
kesehatan untuk menjalankan agama secara sempurna.
A. Ajaran Bersih
Allah SWT
memerintah hambanya untuk melaksanakan ibadah dengan ketentuan bersuci. Ini
menunjukkan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan dalam melaksanakan perintah
Allah SWT. Antara ibadah dan suci terdapat hubungan yang erat dan timbal balik,
di mana kesucian dianggap sebagai ibadah, dan ibadah itu sendiri dianggap tidak
sah atau sempurna tanpa melalui kebersihan suci.
Al-Quran
menjadikan kebersihan dan kebersihan sebagai sarana untuk menentukan kualitas
ibadah. Karenanya, kebersihan selalu dijadikan sebagai syarat dari suatu ibadah
baik kesucian lahiriyah maupun batiniyah. Kesucian lahiriyah berorientasi
kepada sah dan tidak sahnya suatu ibadah, sedangkan kebersihan bathiniyah lebih
terfokus kepada kesempurnaan suatu ibadah yaitu diterima atau tidak diterima.
Kaitan yang erat ini seharusnya dapat dijadikan budaya dalam kehidupan karena
pelaksanaan ibadah rutin dilaksanakan setiap hari.
Suatu contoh
keterkaitan antara pelaksanaan ibadah dengan kesucian adalah rukun Islam berupa
shalat, zakat, puasa dan haji. Hal yang paling menarik dari ibadah-ibadah ini
ialah adanya penentuan syarat-syarat suci sebelum pelaksanaan ibadah dan tujuan
suci yang hendak diraih. Syarat-syarat ini pada umumnya mengarah kepada sifat
bersih baik lahir maupun batin.
Makna kebersihan
yang digunakan dalam Islam ternyata mengandung makna yang banyak aspek, seperti
aspek kebendaan, aspek harta dan aspek jiwa. Thaharah (suci) bermakna bersih
dari kotoran yang najis. Maka tidak heran jika kitab-kitab fikih Islam
menempatkan bab thaharan diawal, sebelum membahas shalat. Dalam kitab suci
Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Alalh berfirman :
فَطَهِّروَثِيَابَكَ
“Dan pakaianmu
bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang
yang
mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ).
Ada dua makna
dalam mengarti suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan
najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah
tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti
keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu, sedangkan najis berarti benda
atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan.
Hadats adalah
suatu keadaan tidak suci yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk
sahnya ibadah: Hadas dibagi dua. a. Hadas kecil. Penyebabnya antara lain keluar
sesuatu dari dubur atau qubul, menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya dan
tidur nyeyak dalam keadan tidak duduk tetap. Cara mensucikan hadats ini ialah
berwudhu. b. Hadas besar/Jenaba. Penyebanya antara lain : keluar air mani,
bersetubuh, wanita melahirkan dan haidh. Cara mensucikan hadas besar ini adalah
mandi yang harus dibasahi seluruh tubuhnya.
Najis adalah
suatu benda kotor menurut syara' (hukum agama). Benda - benda najis meliputi :
Darah, Anjing, babi nanah, bangkai selain bangkai manusia, ikan laut, dan
belalang, Segala sesuatu yang keluar dari dubur dan qubul, minuman keras yang
memabukkan. Najis dibagi menjadi tiga yaitu : a. Najis mukhaffafah (ringan).
yaitu air kencing bayi laki-laki yang belum berumurdua tahun, dan belum makan
sesuatu kecuali air susu ibunya (ASI). Cara menghilangkannya cukup diperciki
air pada tempat yang terkena najis tersebut.
b. Najis
mutawashitha (sedang). Yaitu segala sesuatu yang keluar dari dubur/qubul
manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali
bangkai manusia, ikan laut dan belalang), tulang dan bulu dari hewan yang haram
dimakan. Najis mutawassithah dibagi dua yaitu : Najis 'ainiyah, yaitu najis yang
berwujud (tampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran manusia atau binatang.
Yang dan kedua najis hukmiyah yaitu najis ,mutawassithah yang sudah diberishkan
bahu, rupa dan rasanya, sehingga najis tersebut tidak berwujud (tidak tampak
dan tidak terlihat). Cara membersihkan najis muthawassithah’ainiyah cukup
dibasuh untuk menghilangkan sifat-sifat najis (yakni warna, rasa dan bau) nya
hilang. Sedangan cara membersihkan najis hukmiyah sama dengan najis
mukhaffafah, yaitu mengalirkan air suci.
c. Najis
mughallazhah (Berat). Yaitu najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya harus
dibersihkan bau, warnan dan rasanya kemudian basuh sebanyak tujuh kali dan
salah satu diantaranya dicampur dengan tanah (debu).
Selain tiga
macam najis diatas, masih terdapat satu najis lagi yaitu : Ma'fu (Najis yang
dima'afkan) antara lain nanah atau darah yang cuma sedikit, debu atau air dari
lorong-lorong yang memercik dan sulit dihindarkan (‘umum al-bahwa). Adapun
kotoran memiliki makna yang lebih umum dari najis, sebab meliputi pula sesuatu
yang kotor namun tidak menghalangi seseorang melakukan ibadah, contohnya tanah,
debu dan lain - lain.
Nazhafah
berkonotasi kebersihan untuk memelihar anggota tubuh, rumah dan lingkungan.
Nazhafah identik dengan kebersihan dan keindahan. Akan tetapi seringkali kata
bersih atau nazhafah dimaknai untuk menyebut sesuatu yang terhindar dari najis
dan kotoran. Islam sering menyebut kata bersih untuk fisik dan jiwa, baik
secara tampak maupun tidak tampak. Rasulallah Saw bersabda dalam hadist, yang
diriwayatkan oleh Ahmad, yang sanad nya Anas bin malik, menyebutkan.
عن ا نس بن ملك عن
النبي صلي الله عليه و سلم قا ل : ان البزا ق في المسجد خطيئة وكفا ر تها د فنها
“Dari anas bin
malik, dari nabi saw beliau bersabda : “ meludah di masjid itu suatu kesalahan
dan dendanya adalah menguburnya“ ( HR. Ahmad ).
Rasulullah saw
bersabda:
الإِسْلاَمُ نَظِيْفٌ
فَتَنَظَّفُوْا فَإِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ إِلاَّ النَّظِيْفَ
“Islam itu
bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih”. (Al-Hadis)
إِنَّ اللهَ نَظِيْفٌ
يُحِبُّ النَّظَافَةَ
• Sesungguhnya
Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )
Agama itu di
bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )
Tazkiyah atau
zakat berkonotasi kesucian harta dan jiwa. Al-Quran mengungkapkan bahwa kata
zakat seakar dengan tazkiyah. Ialah zakat mal untuk membersihkan harta bagi
para muzakki sehingga harta yang dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati
dinilai kotor, sedangkan zakat fitrah adalah untuk membersihkan fitrah para
muzakki dari segala kotoran yang membelenggu.
Contoh
keterkaitan bersih dari suci dengan ibadah adalah ibadah. Shalah adalah ibadah
yang wajib dilaksanakan setiap hari pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Dalam ibadah shalat diperintah untuk bersuci sebelum melakukanakannya. Para
ulama memberikan rincian tentang bersih dari suci ini, mulai dari bersih diri,
pakaian dan tempat pelaksanaan shalat. Perintah agar bersih dari suci sebelum
melakukan shalat terdapat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 6 yang populer disebut
dengan wudhu’. Adapun anggota-anggota tubuh yang wajib untuk dibersihkan ialah
membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap kepala, sunnah
mengusap kedua daun telingan, wajib membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
Kedudukan fiqh
Islam dalam ibadah adalah mengatur tata cara pengabdian manusia kepada Allah
SWT, Zat Yang Maha Suci dan Maha Bersih, dan karenanya pengabdian ini tidak
akan membuahkan hasil yang baik jika manusia tidak mensucikan dan membersihkan
dirinya terlebih dahulu. Artinya, sifat-sifat Allah yang bersih dan suci hanya
dapat diinternalisasi oleh orang-orang yang bersih dan suci. Bila kebersihan
dikaitkan dengan ibadah sebagaimana disebutkan Al-Quran dalam kasus ibadah
shalat, berarti menjaga kebersihan termasuk sesuatu yang diwajibkan, sama
halnya dengan kewajiban shalat itu sendiri. Ini juga termasuk salah satu alasan
para ulama ketika mengeluarkan kaidah fiqh: “mala yatimmu al-wajib illa bihi
fahuwa wajib”. Artinya ‘apabila suatu kewajiban tidak sempurna tanpa melibatkan
sarana yang lain, maka sarana yang lain itu juga hukumnya adalah wajib’.
B. Ajaran Sehat
Dalam kehidupan
manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit
merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi.
Ini yang harus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut
batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan bahwa aspek agama (spiritual)
merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya
pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu
sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental
(psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan
tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual).
Islam sejak awal
sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif.
Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek
persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan
manifestasi dari tauhid pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah
persepsii tentang kehidupan manusia yang pada gilirannya tentu saja dapat
merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid
adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah
SWT.
Islam memandang
kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih
disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan
dalam hadis berikut:
المُؤْمِنُ القَوِيُّ
خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
“Orang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin
yang lemah”. (HR. Muslim)
Senada dengan
hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:
العَقْلُ السَّلِيْمُ
فِيْ الجِسْمِ السَّلِيْمِ
“Akal yang sehat
terdapat dalam jiwa yang sehat”.
Mengingat
pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga
kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah
hukum Islam “perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan
perantaranya”. Artinya jika membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah
wajib, maka melakukan perbuatan untuk menjaga kesehatan hukumnya wajib pula.
Secara filosofis,
makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia yang
meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara
jasmani dan rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan
nilai-nilai ruhaniyah, sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama
yang mempengaruhi kesehatan, ialahh lingkungan (yang utama), perilaku,
pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada
manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan ekonomi
mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang
paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup
Ketika Islam
memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga
memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan
dalam Islam adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan
makanan kecuali makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:
“Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di
bumi….”. (QS. Al-Baqarah: 168)
Makanan yang
halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi
kecil. Orang yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak
memiliki antibody yang kuat yang biasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak
sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benar-benar diperhatikan dengan mengonsumsi
makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan yang halal dalam Islam adalah
makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi makanannya tetapi
juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidak hanya
mengutamakan kesehatan fisik tetapi juga psikis.
Sedangkan
makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari
sekian banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal
dan bergizi ini, makanan yang masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan
yang terpilih. Islam menyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya
berbagai macam penyakit, karena itu agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk
ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik aspek gizi maupun kehalalannya.
B.
URGENSI
DAN FUNGSI
Islam tidak membiarkan manusia di
alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
“Allah
sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali
Imran: 179)
Landasan nilai
tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini
merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat
ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang.
Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak
membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa.
Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang
biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian,
mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar.
Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut.
Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan
kesempatan untuk diistirahatkan
Dari hidup
bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu
kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu
yang harus diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah
mengganggu pelaksanaan ibadah secara sempurna dan menghambat produktifitas
manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada pencegahan
terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa
membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit adalah bagian
dari dakwah Islam
Karena itu,
salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya
(daf’u al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun
psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai
makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan
baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan
dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga
kesehatan.
Di samping itu,
untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan.
Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat
atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit
bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan
hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.
C.
CAKUPAN
DAN RUANG LINGKUP
Ada 2 (dua) istilah yang digunakan
Islam untuk menunjuk kepada kesehatan, yaitu istilah shihhah dan ’āfiah. Bahkan
dalam banyak hadits ditemukan banyak do’a yang mengandung permohonan ’āfiah di
samping shihhah. Apa perbedaan makna kedua kata ini? Secara gramatikal kata
shihhah lebih bersifat fisik-biologis, sementara makna ’āfiah merupakan
kesehatan yang bersifat mental-psikologis. Tangan yang sehat adalah mata yang
dapat memandang atau melihat benda-benda empiris. Sedangkan mata yang ’āfiah
adalah mata yang hanya melihat hal-hal yang mubah dan bermanfaat. Orang yang
sehat adalah orang yang memiliki kondisi tubuh yang segar, normal, dan seluruh
anggota badannya dapat bekerja dengan baik. Sedangkan orang yang ’ āfiah adalah
orang yang memiliki ketenangan batin atau jiwa. Maknanya lebih berorientasi
psikologis. Kesimpulan ini diperkuat oleh redaksi Al-Qur’an sendiri yang
menyebut perintah makan sebanyak 27 kali dalam berbagai bentuk dan konteksnya
dengan senantiasa menekankan salah satu dari dua sifat halal dan thayyib (baik
dan bergizi). Bahkan terdapat 4 ayat yang menggabungkan keduanya.
Dengan demikian,
maka kesehatan yang dimaksud Islam adalah kesehatan fisik-biologis sekaligus
kesehatan mental-psikologis. Dalam perspekif Ilmu kesehatan, dikenal juga ada
beberapa bentuk kesehatan. Di antaranya kesehatan fisiologis, psikologis, dan
sosial/ masyarakat. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan kesehatan
sebagai ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai
karunia Allah SWT yang wajib disyukuri dengan cara mengamalkan, memelihara, dan
mengembangkannya. Ada banyak dalil yang mengilustrasikan sekaligus menegaskan
tentang kebutuhan manusia kepada ketiga bentuk kesehatan di atas. Berkaitan
dengan kesehatan fisik Allah SWT berfirman:
…إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
”…Allah senang
kepada orang yang bertaubat dan suka membersihkan diri.” (QS al-Baqarah, 2:
222)
Kata taubat
dalam ayat di atas dapat melahirkan kesehatan mental. Sedangkan kata kebersihan
mendatangkan kesehatan fisik.
Dalam beberapa
hadits juga kita temui penjelasan Rasulullah s.a.w. tentang kesehatan fisik,
antara lain adalah sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ
قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَلَا تَفْعَلْ صُمْ وَأَفْطِرْ وَقُمْ وَنَمْ
فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ
عَلَيْكَ حَقًّا
Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata bahwa Rasulullah saw telah bertanya
(kepadaku): “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu berjaga
di malam hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) ya Rasulullah.”Rasulullah saw pun
lalu bersabda: “Jangan kau lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu,
berjagalah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu,
matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu.”
(Hadis Riwayat al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash).
Rasulullah
s.a.w. juga pernah memberi nasihat:
إِذَا سَمِعْتُمْ
بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا
فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا.
”Apabila kalian
mendengar adanya wabah penyakit di suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah
itu, akan tetapi apabila kalian berada di daerah tersebut, janganlah
meninggalkannya.” (HR al-Bukhari dari Usamah bin Yazid)
Berkaitan dengan
kesehatan mental-psikologis Allah SWT menjelaskan:
يَوْمَ لا يَنفَعُ
مَالٌ وَلا بَنُونَ (٨٨) إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (٨٩)
”Pada hari harta
dan anak-anak tidak berguna, (tetapi yang berguna tiada lain) kecuali yang
datang kepada Allah dengan hati yang sehat.” (QS asy-Syu’arâ’, 26: 88-89)
Dalam sebuah
hadits Rasulullah s.a.w. mengisyaratkan dengan jelas masalah pentingnya
memperhatikan kesehatan mental, termasuk tindakan orang tua yang dapat
memengarui kepribadian dan perkembangan mental anaknya. Dalam sebuah hadits
diungkapkan ada seorang anak yang sedang digendong, kemudian pipis sehingga
membasahi pakaian Nabi. Ibunya merenggut bayi tersebut dengan kasar sembari
memaksa si bayi untuk menghentikan pipisnya. Dalam kondisi ini, Nabi menegur si
ibu dengan mengatakan: ”Jangan hentikan pipisnya, jangan renggut ia dengan
kasar. Sesungguhnya pakaian ini dapat dibersihkan dengan air, tapi apa yang
dapat menjernihkan (mengobati) luka hati sang anak (yang engkau renggut dengan
kasar).”
Sebagaimana
dilaporkan banyak ahli, bahwa sebagian gangguan kejiwaan yang diderita orang
dewasa, dapat ditelusuri penyebabnya pada perlakuan yang diterimanya di waktu
kecil. Karena itu, Islam memerintahkan kepada orang-tua agar menciptakan
suasana tenang dan memberikan kepada anak perlakuan yang baik dan lemah lembut.
Karena perlakuan dan sikap orang tua sangat mempengaruhi kesehatan mental si
anak, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Perspektif Islam tentang
kesehatan psikologis meliputi banyak hal yang mungkin tidak tercakup dalam
ranah ilmu kesehatan modern. Ia dapat berupa sikap angkuh, sombong, iri/dengki,
dendam, loba, depresi, stress berat, cemas berlebihan, goncangan jiwa lainnya.
Paparan di atas
memberikan pesan bahwa kesehatan baik fisik maupun psikologis merupakan
kebutuhan dasar manusia, karena Islam memerintahkan untuk memelihara, dan
meningkatkan kualitasnya. Karena kebersihan dan makanan/ minuman merupakan
faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia, maka Islam memerintahkan ummatnya
untuk memperhatikan kebersihan dan mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi.
Makanan halal melahirkan kesehatan ruhani pemakannya, sementara makanan bergizi
membangun kesehatan jasmani mereka.
D.
TEKNIK
DAN METODE
Sunnah Nabi
Menjaga Kebersihan Diri
Sajadah Muslim ~
Kita mengetahui bahwa kebersihan merupakan salah satu unsur penting
prilaku beradab, dan Islam menganggap
kebersihan bukan hanya sebagai ibadah, tapi juga adalah suatu sistem peradaban.
Baik dalam al-Qur’an maupaun dalam hadits pernah menyinggungnya antara lain
Pertama, .Allah
menyukai kebersihan, ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS Al-Baqarah ayat
222). Oleh karena itulah kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan,
sementara sebuah hadits shahih berbunyi “Al-thuhur syathr al-iman (kebersihan
itu adalah sebagain dari iman” (HR.Muslim, Ahmad dan Tirmidz). Kebersihan yang
dimaksud adalah maknawi yaitu kebersihan dari syirik, munafik dan akhlak yang
tidak baik, juga kebersihan bermakna indrawi yaitu kebersihan perorangan dan
kebersihan umum.
sunnah-nabi-menjaga-kebersihan
Kedua,
Kebersihan adalah cara menuju kesehatan dan kekuatan, Kesehatan jasmani adalah
bekal individu dan kekayaan yang tak terhingga bagi setiap muslim,
kebersihan menjadi syarat keindahan dan
penampilan yang baik dan yang dicintai
oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Allah swt telah berfirman, ”Hai anak Adam
Pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki Masjid.” (QS.Al-Araf ayat 31).
Karena itu
Rasulullah melarang seseorang pergi ke masjid dengan memakai baju yang kumuh,
sebab selain kebersihan dan penampilan yang lebih baik adalah salah satu penyebab
eratnya hubungan seseorang dengan orang lain. Manusia secara fitra tidak
menyukai barang yang kotor dan tidak suka melihat orang yang tidak bersih.
Inilah sebabnya Rasulullah mendorong setiap
umat muslim untuk mandi sebelum ke masjid untuk melaksanakan shalat
Jum’at.
Rasulullah saw
telah memberikan perhatian terhadap masalah kebersihan badan, beliau
menganjurkan cara hidup bersih dengan mandi. Rasulullah juga memberi perhatian
khusus terhadap kebersihan mulut dan gigi dengan bersiwak serta perintah untuk
membersihkan rambut serta bau badan.
Demikian juga
perhatian Rasulullah saw terhadap kebersihan rumah, halaman dan teras rumah,
”Sesungguhnya Allah swt itu indah, Dia menyukai keindahan, Allah itu baik, Dia
menyukai kebaikkan, Allah itu bersih, Dia menyukai kebersihan. Karena itu bersihkanlah teras rumah kalian janganlah
kalian seperti orang-orang Yahudi.”(HR. Tirmidz).
Begitu juga
perhatian Rasulullah pada lingkungan sekitarnya, kebersihan jalan, misalnya,
beliau memberikan ancaman kepada siapa saja yang membuang sesuatu yang
membahayakan dan membuang kotoran di tempat tersebut. “Barang siapa yang
mengganggu orang-orang Islam di jalan tempat mereka lewat, dia pasti mendapat
laknat mereka.” (HR.Tabran).
Diantara
perbuatan-perbuatan itu adalah kencing didalam air, khususnya dalam air keruh,
di tempat untuk mandi, serta tempat air
yang mengalir.Ketiganya perbuatan bisa mendapat laknat dari Allah swt,
malaikat, dan laknat orang-orang yang shaleh.
Sunnah Nabi
Dalam Berpakaian
Begitu juga
dengan mandi air keruh, Rasulullah melarang kita untuk melakukannya, sebab air
keruh itu adalah sumber kotoran, yakni air yang tidak mengalir dan tidak
berganti dengan yang baru. Sabda Rasulullah saw, ”Janganlah salah seorang dari kalian mandi di air yang
diam, sementara ia dalam keadaan baik.” (HR.Muslim).
Contoh lainnya
adalah larangan memasukkan tangan ke dalam bejana air setelah bangun dari
tidur. Hal ini dikhawatirkan tangan
tersebur sebelumnya telah menyentuh
dubur atau yang lainnya ketika tidur. ”Apabila salah seorang dari kalian yang
bangkit dari tidur, janganlah
menenggelamkan tangannya ke dalam tempat air sehingga ia membasuhnya tiga kali.
Karena ia tidak tahu kemana tangannya
semalam.” (HR.Muslim).
Sunnah juga
mensyaratkan supaya kita bersikap hati-hati terhadap sesuatu yang dapat
mendatangkan penyakit atau bahaya bagi jiwa dan badan kita, hal ini merupakan
perintah Rasulullah saw. ”Tutuplah mangkuk tempat makanan (apabila di dalamnya
terdapat makanan atau minuman) dan tutuplah bibir timba, tutuplah pintu, matikan
lampu (pada waktu malam sebelum tidur), karena setan tidak akan
dapat membuka timba dan tidak akan membuka mangkuk tempat makanan.” (HR
Muslim, ibnu majah dan Ahmad).
Kita mengetahui
bahwa dalam masalah kebersihan, Islam
memiliki aturan yang tidak ditandingi oleh agama manapun. Islam memandang
kebersihan sebagai ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt,
Bahkan kebersihan itu bisa masuk
kategori salah satu kewajiban bagi
setiap umat muslim. Hendaknya, firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah di atas
tidak dijadikan sebagai jargon semata, tapi harus benar-benar dilaksanakan
dengan penuh rasa kesadaran.
E.
DOA,
IKHTIAR, DAN TAWAKAL
Allah SWT memerintahkan kita untuk
berdo’a kepada-Nya. ” Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina" (QS
Al Mu’min [40] : 60).
Do’a adalah
salah satu sarana untuk pendekatan kepada Allah SWT yang biasa disebut taqarrub
ilallah. Agar do’a dikabulkan oleh Allah SWT , ada syarat-syarat yang harus
dipehuhi ” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2] : 186).
Pada hakikatnya,
sholat yang kita lakukan berisikan do’a-do’a. Surat Al Fatihah yang kita baca
dalam setiap raka’at, pada ujungnya berisikan do’a agar kita ditunjuki-Nya ke
jalan yang lurus. Saat duduk di antara dua sujud, kita baca do’a sesuai
tuntunan dalam hadis. Dalam Al Qur’an, banyak contoh-contoh do’a dari dari para
Nabi dan orang-orang shaleh.
Dalam hadis
Rasulullah SAW , dijelaskan berbagai hal tentang do’a, seperti adab berdo’a
yang benar, bacaan do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ada juga
penjelasan tentang waktu-waktu yang utama untuk berdo’a, seperti waktu antara
adzan dan iqamat, saat sujud terakhir dalam sholat, sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, saat
turun hujan, atau ketika sedang menjalankan ibadah shaum. Ada juga
tempat-tempat utama untuk berdo’a, di sekitar Ka’bah : Multazam, Maqam Ibrahim,
Hijr Ismail atau Raudhah di Masjid Nabawi.
Setiap aktivitas
kita sehari-hari hendaknya di mulai dengan do’a. Mulai saat bangun tidur, masuk
kamar mandi, makan-minum, bepergian ke luar rumah, naik kendaraan dan seabreg
aktivitas lain. Dengan memulai do’a dalam setiap aktivitas, kita akan merasakan
kedekatan dengan Allah SWT dan yakin bahwa Dia akan selalu menyertai kita.
Perlu
ditekankan, bahwa di samping berdo’a, harus dilakukan ikhtiar gigih tanpa kenal
putus asa. Setelah itu kita bertawakal kepada Allah. Dia Yang Maha Mengetaui
apa yang baik buat kita. ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216).
F.
SAKIT
ITU ANUGERAH ALLAH
Sakit
itu anugerah, Sakit itu penghapus dosa~Malaikat mendatangi manusia semasa sakit
Janganlah kita merungut atau bersedih apabila ditimpa sakit kerana itu adalah
ujian dalam ibadah. Salah satu bukti kasih sayang-NYA adalah, Allah mengutus 4
malaikat untuk selalu menjaga kita dalam sakit. Berikut adalah penjelasannya;
“Apabila seorang hamba yang beriman
menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis
perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu semasa sihat dan semasa
waktu senangnya.” Ucapan Rasulullah SAW tersebut diriwayatkan oleh Abu Imamah
al Bahili.
Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda
:"Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk
datang padanya."
Allah memerintahkan :
1. Malaikat pertama untuk mengambil
kekuatannya sehingga menjadi lemah.
2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa
lazatnya makanan dari mulutnya
3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya
terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat lesi.
4. Malaikat keempat untuk mengambil semua
dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.
Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba
mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2 dan 3 untuk mengembalikan
kekuatannya, rasa lazat, dan cahaya di wajah sang hamba.
Namun untuk malaikat ke 4, Allah tidak
memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin. Maka
bersujudlah para malaikat itu kepada Allah lalu berkata : "Ya Allah
mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”
Allah menjawab : “Tidak baik bagi
kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan
keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam
laut.”
Dengan ini, maka kelak si sakit itu
berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa
sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat
menghilangkan dosa selama setahun.”
Lihatlah betapa sayangnya ALLAH terhadap
kita. Renunglah kembali sejauh mana ketaatan kita mematuhi perintahNya?
Untuk kita renungan kajian saya kali
ini, silakan di baca
Suatu sore,
seorang pria berdiri termenung didepan klinik. Dalam pikirannya masih terngiang
ucapan seorang dokter beberapa saat itu. Sang dokter mengatakan, dalam tubuhnya
terdapat bakteri yang dapat berkembang jika tidak diobati. Ia perlu disembuhkan
dalam waktu cukup lama.
Itu pun, kata
dokter, bila ia rajin minum obat dan bergaya hidup sehat. Jika tidak bakteri
itu akan bersemanyam dan berkembang dalam tubuhnya. Ia merasa lelah, kalah, dan
tak bersemangat. Ia telah jatuh sakit untuk kedua kalinya. Seketika itu pula,
ia seperti kehilangan langkah. Ia telah ceroboh dan tidak bertanggung jawab
pada tubuhnya. Ia menyesal tapi itu tak berarti.
Hingga suatu
hari, ia bertemu dengan teman dan berkata,''Kamu harus berterima kasih pada
penyakit. Sebab, kamu bisa hidup lebih bermakna lagi.'' Kontan aja pernyataan
itu ia bantah. Bagaimana mungkin, pikirnya, sebuah penyakit bisa memberi makna
lebih bagi dirinya, justru denga penyakit itu banyak kerugian ia peroleh. Ia
tak leluasa bergerak, perlu kontrol ke dokter secara rutin dan membeli obat
hingga ratusan ribu rupiah yiap bulannya.
Sang teman
kemudian mengutip sebuah ayat al-Qur'an surat al-Baqarah: 286,''Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya'' Yang artinya
''setiap cobaan tentu akan disesuaikan dengan batas kemampuan hamba-Nya. Sebab,
Allah memiliki kasih sayang yang tak terbatas kepada semua hamba-Nya.
Lantas kata
temannya lagi, ''kenapa kamu harus merasa terjatuh dan terkalahkan oleh
penyakit? Justru banyak manfaat dan hikmah yang bisa kamu peroleh dari
penyakit.''
Sebenarnya masih
banyak lagi kisah kenikmatan di balik sakit. Bila di beberkan satu persatu
mungkin nikmat itu akan sulit dihitung, Untuk itu marilah kita rubah hidup kita
dengan: menghargai waktu dan kita gunakan sebaik2nya karena waktu tidak akan
kembali, makan yang teratur gak harus makanan yang enak, yang terpenting
mengandung vitamin2 yang dibutuhkan dalam tubuh kita, tidak begadang, bisa
mengontrol emosi, positif thinking.
Kita mesti ingat
kata Allah,''manusia tidak akan sanggup menghitung kenikmatan yang
diberikan-Nya(QS- Ibrahim: 34)
Soal !
1) Apa
yang dimaksud "Kebersihan pangkal dari Kesehatan"?
2) Apa
yang dimaksud "Kebersihan sebagian dari Iman"?
3) Jelaskan
perbedaan suci dari hadats dan suci dari najis?
4) Jelaskan
pengertian Kesehatan dalam pandangan Islam?
5) Sebutkan
dalil yang mengemukakan Kebersihan adalah salah saatu unsur perilaku beradab?
6) Apa
fungsi dan tujuan menjaga kebersihan dan kesehatan?
7) Jelaskan
yang dimaksud shihhah dan 'afiah?
8) Jelaskan
hubungan antara do'a , ikhtian , tawakal?
9) Jelaskan
tugas-tugas malaikat yang dikirim Allah SWT saat seorang muslim sakit?
10) Bagaimana
pendapat anda tentang Sakit yang diberkan oleh Allah SWT?